"Mepe Kasur" Tradisi Suku Osing Kemiren jelang Idul Adha

Tradisi mepe kasur Warga osing kemiren
Sumber :
  • Moh. Hasbi

"Proses menjemur kasur berlangsung sejak pagi hingga menjelang siang hari. Saat matahari terbit, kasur segera dijemur di depan rumah masing-masing sambil membaca doa dan memercikkan air bunga di halaman. Tujuannya agar dijauhkan dari bencana dan penyakit," kata Suhaimi.

Lebih dari Sekadar Wisata: Mengenal Budaya Lokal untuk Pengalaman Liburan yang Bermakna

Setelah matahari tepat diatas kepala atau sekitar pukul 12.00 WIB, semua kasur kembali digulung dan dimasukkan. Konon jika tidak segera dimasukkan hingga matahari terbenam, kebersihan kasur ini akan hilang dan khasiat untuk menghilangkan penyakit pun tidak akan ada hasilnya.

"Kalau sampai sore ya nanti khasiatnya akan menurun. Apalagi kalau kemalaman. Bisa ndak sehat," pungkas Suhaimi.

Keunikan Tradisi dan Budaya Kabupaten Tapanuli Selatan yang Memesona

Kasur-kasur berwarna merah dan hitam ini memang mirip. Namun yang berbeda adalah ukuran dari kasur tersebut. Jika semakin tebal, menunjukkan jika sang pemilik adalah orang berada di desa tersebut.

Setiap rumah atau keluarga dipastikan memiliki kasur yang serupa. Ini dikarenakan, setiap keluarga yang menikah pasti dibuatkan kasur oleh orangtuanya.

Eksplorasi Budaya Gunung Sitoli: Tradisi, Tari, dan Ritual yang Memikat Wisatawan

Setelah memasukkan kasur ke dalam rumah masing-masing, warga Using pun melanjutkan tradisi bersih desa ini dengan arak-arakan barong. Barong diarak dari Ujung Desa menuju ke batas akhir desa. Setelah arak-arakan Barong, masyarakat Using melanjutkan berziarah ke Makam Buyut Cili yang diyakini masyarakat sebagai penjaga desa.

Puncaknya, saat warga bersama-sama menggelar selamatan Tumpeng Sewu pada malam hari. Semua warga mengeluarkan tumpeng khas warga Using, yaitu pecel pithik alias ayam panggang dengan parutan kelapa. Kekhasan acara ini juga ditambah akan dinyalakan obor di setiap depan pagar rumah warga.