Ubah Limbah Tahu Jadi Biogas, Langkah Membumi Atasi Pencemaran Lingkungan di Kedunggebang Banyuwangi
- Litalia Putri / VIVA Banyuwangi
Ansori, penerima manfaat biogas, menyebut pemakaian gas elpiji 3 kg berkurang jauh setelah adanya kompor biogas. Ia hanya memakai gas LPG 3 kg ketika ada acara tertentu yang butuh memasak dalam jumlah besar.
Jika sebelumnya Ansori mampu menghabiskan satu tabung gas melon dalam waktu seminggu, kini pemakaian tersebut dapat ditekan hingga 20 hari. Dengan demikian, ia dapat menghemat pengeluaran bulanan dari pembelian gas LPG 3 kg.
Tidak hanya itu, Ansori mengungkap lebih suka menggunakan kompor biogas. Menurutnya, api kompor berwarna biru membuat masakan menjadi lebih cepat matang dibanding saat pemakaian gas elpiji.
“Urup e abang, bedo karo iki (nyala api gas LPG merah, beda sama ini), -Red,” katanya sambil menunjuk kompor biogas yang ada di rumahnya.
Ketua Karang Taruna Desa Kedunggebang, Erlan, mengatakan program pembuatan instalasi biogas sebenarnya sudah direncanakan sejak beberapa tahun lalu.
Awalnya, program biogas ini dibuat sebagai respon atas keluhan masyarakat Desa Kedunggebang terkait pencemaran sungai dari limbah cair produksi tahu.
“Sebenarnya kita itu sudah memulai, cuman skalanya kecil, jadinya nggak jalan,” terang Erlan.