Jurnalisme di Ujung Tanduk: 5 Tantangan Memerangi Misinformasi yang Menggerogoti Akal Sehat
- https://shorturl.at/KH3BR
Gaya Hidup, VIVA Banyuwangi –Pernahkah kamu merasa bingung membedakan mana berita yang benar dan mana yang cuma karangan? Di zaman serba cepat ini, misinformasi menyebar lebih cepat daripada kebenaran itu sendiri. Satu klik, satu share, dan boom! Ribuan orang bisa termakan hoaks tanpa sadar. Tapi tunggu dulu—di sinilah peran jurnalisme dan literasi media benar-benar diuji. Apakah kita masih bisa percaya pada media? Atau justru sedang tenggelam dalam banjir informasi yang menyesatkan?
Di tengah era digital yang serba cepat, kepercayaan publik terhadap media makin rapuh. Bukan karena jurnalisme kehilangan nilainya, melainkan karena kekuatan besar yang menggerus fondasi utamanya: misinformasi. Dengan satu unggahan viral, sebuah berita palsu bisa mengaburkan fakta, memecah belah masyarakat, bahkan mengacaukan sistem demokrasi.
Lalu, apa saja tantangan utama yang dihadapi jurnalisme dan literasi media dalam menghadapi skenario misinformasi ini? Berikut adalah lima tantangan krusial yang perlu kita pahami bersama:
1. Ledakan Informasi Tanpa Filter
Internet memberi ruang bagi siapa pun untuk menyebarkan informasi. Namun, tidak semua informasi terverifikasi atau berdasar. Media sosial mempercepat laju penyebaran berita tanpa waktu untuk memeriksa kebenarannya. Akibatnya, informasi yang salah bisa lebih cepat dipercaya ketimbang klarifikasinya.
2. Menurunnya Kepercayaan Terhadap Media Arus Utama
Banyak media saat ini dianggap memiliki afiliasi politik atau kepentingan tertentu. Ini membuat sebagian masyarakat mulai meragukan objektivitas dan integritas media konvensional, membuka celah bagi media alternatif—yang belum tentu kredibel—untuk merebut perhatian.