Bahagiakan Diri Dengan Memberi Pada Sesama, Bersedekahlah

Ilustrasi sedekah
Sumber :
  • Istimewa / VIVA Banyuwangi

Banyuwangi, VIVA Banyuwangi –Penulis: Ustad Faisol Aziz. Ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Banyuwangi.

Telinga Anda Berdenging? Ini Penjelasan Medisnya

Ada orang yang dikenal sangat kaya raya tapi dermawan. Ia suka membantu orang lain dengan hartanya.

Tiba-tiba suatu saat dia diuji oleh Allah SWT. Usahanya bangkrut. Lalu ia datang kepada orang-orang yang pernah dibantunya.

Omahseum, Museum Tentang Budaya dan Sejarah Banyuwangi Abad 13

 

Tapi tidak satu pun yang bersedia membantu. Sebagian besar beralasan, bahwa hidup mereka sendiri pun tidak mudah. Ada banyak hal yang harus diselesaikan.

Cerpen Bahasa Using Banyuwangi: Kecaruk Maning

 

Sang dermawan ini kecewa yang luar biasa. Bagaimana mungkin, orang-orang yang selama ini telah dibantunya, tidak mau menolongnya saat ia benar-benar membutuhkan.

 

Semakin dipikirkan, semakin ia kecewa, dan semakin sakit hatilah ia. Lalu ia datang kepada seorang yang bijak.

 

Setelah mendengar ceritanya, Orang Bijak ini berkata: Kamu tahu kesalahanmu apa?

 

Sang Dermawan yang sedang bangkrut itu menjawab : “Saya tidak tahu. Yang jelas, saya sangat kecewa dengan orang-orang yang telah pernah saya tolong. Saya selama ini telah ikhlas membatu mereka, tapi kini balasannya seperti ini.”

 

Orang Bijak itu kemudian menjawab : “Disitulah letak kesalahanmu”

 

Kamu berharap orang-orang yang telah pernah kau tolong, akan menolongmu juga saat kamu membutuhkan. Itu belumlah disebut sebagai keikhlasan.

 

Ikhlas itu memberi tanpa pamrih. Pamrih apa pun. Jika engkau masih memiliki pamrih atas pemberianmu, artinya selama ini engkau belumlah bisa disebut ikhlas.

 

Yang kedua, kamu berharap kepada manusia. Padahal kamu tahu resikonya. Ya, kecewa. Sebaik-baik manusia tidak akan pernah sempurna dalam membalas kebaikanmu. Apalagi kamu benar-benar mengharapkannya.

 

Siapa yang mampu membalas dengan balasan yang sempurna dan bahkan berkali-kali lipat?

 

Hanya Allah SWT.

 

Hanya Dia yang tidak akan mengecewakan kamu sedikit pun.

 

Maka sekali lagi, jangan berharap apa pun kepada manusia. Meskipun itu hanya ucapan terima kasih.

 

Yang ketiga, apa yang kamu rasakan setelah kamu mendapati orang-orang yang pernah kau tolong, saat ini tidak bersedia membantu saat kau benar-benar membutuhkan?

Sang Dermawan menjawab : Sakit hati. Sakit sekali, Tuan. Saya benar-benar kecewa.

 

Itu akibat selanjutnya karena kamu telah berharap lebih dari manusia.

 

Maka mulai sekarang ikhlaskan semuanya. Pandanglah Allah SWT saja. Maka kamu akan tenang. Dia Maha Pengasih, Maha Penyayang.

 

Apa yang kamu alami sekarang adalah bentuk kasih sayang Allah SWT. Dia ingin agar engkau ketika berbuat kebaikan, hanya demi mencapai keridhoan-Nya saja. Bukan karena menginginkan apa pun selain itu.

 

Ketika Allah SWT ridho, maka itulah sesungguhnya kenikmatan yang terbesar bagi seorang manusia.

 

Saudaraku,

 

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18).

 

Sungguh Maha Pemurah Allah, yang menyebut sedekah sebagai pinjaman yang baik kepada Allah SWT.

 

Padahal hakikatnya harta kita, bahkan raga dan jiwa kita ini milik-Nya. Itu pun masih dijanjikan dengan balasan berlipat-lipat. Allahu Akbar !

 

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia.

 

Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya.

 

Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani)

 

Maka bergembiralah dengan janji-janji Allah SWT dan Rasulullah SAW.