Ponpes Mahfilud Dluror di Bondowoso Sudah Puasa Sejak Hari Minggu
- Antara/ VIVA Banyuwangi
Bondowoso, VIVA Banyuwangi –Berdasarkan sidang isbat, Pemerintah menetapkan permulaan puasa jatuh pada Hari Selasa, 12 Maret 2024. Sedangkan Muhammadiyah, menetapkan awal puasa mulai Hari Senin, 11 Maret 2024. Namun siapa sangka, ada yang sudah menjalankan ibadah puasa sejak Hari Minggu, 10 Maret 2024.
Adalah warga Kecamatan Jelbuk yang berada di perbatasan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Jember di Jawa Timur ini yang sudah menjalankan puasa lebih awal 2 hari dari ketetapan Pemerintah.
Warga di sekitar Pondok Pesantren Mahfilud Dluror sudah berpuasa sejak Hari Minggu, 10 Maret 2024 sebelum sidang isbat dimulai oleh Pemerintah.
Untuk pelaksanaan sholat tarawih pertama, juga sudah dimulai sejak Hari Sabtu, 9 Maret 2024 yang diikuti seluruh warga Ponpes serta penduduk sekitar.
“Kami menjalankan ibadah sholat tarawih pada hari Sabtu malam, jadi pada hari Ahad kita sudah bisa langsung puasa,” ujar Pengasuh Ponpes Mahfilud Dluror Kyai Ali Wafa pada Antara.
Sholat tarawih dan puasa lebih awal tersebut bukan hanya tahun ini saja namun sudah berjalan bertahun-tahun.
“Penentuan awal puasa di Pesantren Mahfilud Dluror berdasarkan kitab salaf Nushatul Majaalis wa Muntahobul Nafaais yang terapkan sejak Tahun 1826,” tutur Kyai Ali Wafa.
Di Ponpes ini, tidak menggunakan metode rukyat atau pun hisab untuk menentukan awal puasa atau pun Hari Raya Idul Fitri.
“Penetapan awal puasa berdasarkan keyakinan yang menggunakan acuan sistem khumasi (dari Bahasa Arab artinya lima/komsatun),” kata Pengasuh Ponpes Mahfilud Dluror.
Acuan tersebut berdasarkan pada Kitab Nushatul Majaalis wa Muntahobul Nafaais karangan Syeh Abdurrohman as Shufuri as Syafi’I yang sudah dijalankan selama 198 Tahun.
“Sistem perhitungan khumasi yakni penentuan awal puasa ini bisa dengan cara menghitung lima hari dari awal puasa tahun sebelumnya. Sehingga awal Ramadhan tahun depan sudah dapat ditentukan,” jlentreh Kyai Ali Wafa.
Pengasuh Ponpes yang berada di Kecamatan Jelbuk tersebut berharap. Perbedaan penentuan awal puasa seyogyanya dihargai tanpa harus dipermasalahkan.