Menguak Misi Sang Pawang Hujan di Ibu Kota Nusantara: Ritual Mistis Hingga Perjuangan Melawan Alam

Pawang hujan di IKN, ritual mistis melawan alam
Sumber :
  • Istimewa/ VIVA Banyuwangi

Banyuwangi, VIVA Banyuwangi –Ibu Kota Nusantara (IKN) yang sedang dalam tahap pembangunan, kini tengah menghadapi tantangan serius berupa curah hujan yang tinggi.

Tingkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan, Kader Posyandu di Banyuwangi Ikut Jambore

Kondisi cuaca ini telah menyebabkan proyek-proyek penting di wilayah tersebut tersendat selama sebulan terakhir.

Untuk mengatasi masalah ini, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Ilham Triadi Nagoro, seorang pawang hujan yang terkenal dari Banyuwangi, didatangkan khusus oleh pemerintah.

Kurator Pusaka Disbudpar Banyuwangi

Guntur Priambodo Jabat Pj Sekda Banyuwangi

Ilham, yang juga dikenal sebagai kurator pusaka di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi serta perawat pusaka di Keraton Solo, menerima tugas ini dengan penuh semangat.

"Saya merasa terhormat bisa dilibatkan menjadi bagian dari

Hadiri Pelantikan PAC Muslimat NU, Bupati Ipuk Ajak Bangun Banyuwangi

pembangunan di IKN," ujarnya. Dengan persiapan matang, Ilham segera terbang ke Kalimantan membawa 1.000 batang dupa dan tiga pucuk keris yang akan digunakannya dalam ritual mengendalikan cuaca.

Hujan Deras Berhasil Dikendalikan

Setibanya di IKN, Ilham langsung melakukan berbagai ritual untuk menenangkan alam.

Hasilnya cukup mengesankan, dalam 12 hari sejak kedatangannya, hujan yang sebelumnya terus mengguyur, berubah menjadi cuaca panas.

Namun, perubahan ini justru memicu reaksi dari para pekerja proyek yang mengeluhkan panasnya cuaca.

"Alhamdulillah, setelah 12 hari saya di sini tidak pernah hujan, tapi cenderung panas malah akhirnya disentil pekerja proyek agar dibiarkan hujan biar gak berdebu," ungkap Ilham.

Tugas Khusus Dari Kementrian PUPR

Peran Ilham di IKN tidak hanya sebatas menghalau hujan.

Ilham diberi tugas khusus oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, untuk mengkondisikan cuaca selama 22 hari agar percepatan pembangunan di IKN dapat sesuai target.

Tugasnya mencakup menjaga kondisi cuaca di area prioritas seperti pembangunan rusun untuk 2.000 ASN dan tempat menginap bagi tamu undangan yang akan hadir saat peresmian IKN.

"Prioritas titik lokasi yang harus saya amankan adalah pembangunan lima unit rusun, masing-masing 13 lantai dengan tipe 98, yang akan menampung 2.000 ASN dan tamu undangan dari seluruh provinsi se-Indonesia," jelasnya.

Hujan Deras Hambat Pengerjaan Proyek

Namun, tugas ini tidak mudah. Ilham harus bekerja keras melawan intensitas hujan yang tinggi, yang sebelumnya menyebabkan proyek terhambat dan akses mobil-mobil proyek terganggu akibat jalan yang licin.

Untuk menjalankan tugasnya, Ilham membawa persiapan dari Banyuwangi, termasuk dupa yang menjadi media penting dalam ritualnya.

Ilham bahkan harus menempuh perjalanan tiga jam ke Balikpapan hanya untuk mendapatkan suplai dupa.

Ilham Alami Gangguan Mistis di IKN 

"Ya, semua bawa dari Banyuwangi. Di sini cari dupa aja harus ke Balikpapan, 2-3 jam perjalanan. Bawa 1.000 stik dupa habis dalam seminggu," katanya.

Selain dupa, Ilham juga membawa tiga keris pamor singkir lurus dan luk yang khusus digunakan sebagai piandel atau penjaga diri dari berbagai gangguan, termasuk gangguan mistis yang kerap ia alami selama bertugas di IKN.

"Alhamdulillah, hanya tiga hari pertama mengalami gangguan, tapi hanya dalam mimpi. Selanjutnya, mimpi itu saya lawan lewat spiritual," ungkapnya.

Sempat Tidak Enak Badan

Meski enggan memaparkan detail gangguan tersebut, Ilham mengakui bahwa sempat merasa tidak enak badan selama lima hari pertama di IKN.

Tugas Ilham di IKN bukan hanya sekedar ritual mistis untuk menghalau hujan, tetapi juga sebagai upaya melestarikan kearifan lokal yang telah diwariskan oleh leluhur.

"Ini bukan sekadar kegiatan, tetapi sebuah tantangan untuk melestarikan kearifan lokal yang sudah ada sejak lama sebagai warisan budaya adiluhung," tegasnya.

Ilham percaya bahwa kemampuannya bisa dipadukan dengan ilmu pengetahuan modern tanpa mengabaikan unsur kearifan lokal yang ada di IKN.

Keseimbangan Manusia dan Alam

Meski begitu, keberadaan Ilham di IKN tidak luput dari kontroversi.

Pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sempat membantah keberadaan Ilham sebagai pawang hujan di proyek IKN.

Namun, hal ini tidak menyurutkan semangatnya untuk melanjutkan tugas yang telah diamanahkan kepadanya.

Sebagai seorang pawang hujan yang telah mengabdi selama bertahun-tahun, Ilham memahami betul pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Perjuangannya di IKN menjadi bukti bahwa kearifan lokal masih memiliki tempat dalam pembangunan yang modern dan dinamis.

Dengan segala tantangan yang dihadapi, Ilham tetap berkomitmen untuk menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin.