Belajar dari Kasus Kim Sae Ron dan Kim Soo Hyun, Ini 7 Tanda Child Grooming yang Perlu DIketahui Orang Tua

Aktor Drama Korea Kim Soo Hyun
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/DF92muKSMuL/?img_index=2

Selebritis, VIVA BanyuwangiBelakangan ini, nama Kim Sae Ron dan Kim Soo Hyun ramai diperbincangkan karena dugaan hubungan mereka yang menuai kontroversi. Publik pun mulai menyoroti adanya kemungkinan child grooming dalam kasus ini, di mana seseorang yang lebih tua membangun hubungan dan kedekatan dengan anak di bawah umur untuk tujuan tertentu.

7 Situs Cari Kerja di Luar Negeri yang Aman, Bisa Remote!

Child grooming adalah tindakan manipulatif yang bertujuan untuk mendapatkan kepercayaan anak dan lingkungan sekitarnya, sering kali dengan niat eksploitasi. Sayangnya, banyak orang tua yang tidak menyadari tanda-tanda awal grooming sehingga anak rentan menjadi korban. Agar lebih waspada, berikut adalah tujuh tanda child grooming yang perlu diketahui:

1. Memberikan perhatian berlebih dan ragam hadiah

Apa Itu Brainrot? Ini Bahaya dan 7 Cara Mengatasinya

Dilansir The Conversation, pelaku grooming sering kali berusaha membangun kedekatan dengan anak melalui perhatian khusus, pujian, atau hadiah. Pelaku akan membuat anak merasa special, sehingga lebih mudah dikendalikan.

“Grooming menciptakan bahaya jangka panjang sekaligus mencegah kemungkinan pengungkapan. Korban sering kali dimanipulasi untuk “menyetujui” perlakuan tersebut,” ungkap mantan agen FBI Ken Lanning, dikutip The Conversation.

Gampang! Cara Membuat Pempek Palembang dengan Cuko Mantap: Resep Lengkap!

2. Berusaha memisahkan anak dari lingkungan sehat

Salah satu strategi grooming adalah mendorong anak untuk menjauh dari keluarga dan teman-temannya. Pelaku mungkin mengatakan bahwa hanya merekalah yang benar-benar memahami anak. Pasalnya, teknik khusus yang digunakan oleh pelaku diawali dari bagaimana akses yang bisa didapat oleh sang pelaku.  Perilaku ini kemudian akan membuat korban merasa bahwa grooming merupakan teknik yang dilakukan tanpa kekerasan yang dilakukan bukan oleh orang asing, tetapi orang terdekat. 

“Para groomer menempatkan diri mereka dalam peran yang memungkinkan mereka mengakses anak-anak, seperti pemimpin klub, pengasuh, dan guru. Para peneliti menemukan bahwa proses grooming melibatkan interaksi orang dewasa dan anak yang “normal”, seperti bermain game, atau membelikan hadiah,” tambah Lanning. 

3. Menanamkan rasa ketergantungan

Pelaku grooming akan membuat anak merasa bergantung pada mereka secara emosional atau finansial. Mereka mungkin menawarkan tempat tinggal, uang, atau bahkan janji membantu dalam karier atau pendidikan. Ketergantungan ini membuat anak sulit untuk melepaskan diri dari pelaku, karena merasa berutang budi atau takut kehilangan dukungan yang telah diberikan.

4. Mengajak berbagi rahasia dan menjaga hubungan secara rahasia

Salah satu tanda utama grooming adalah ketika pelaku meminta anak untuk merahasiakan hubungan mereka. Mereka mungkin mengatakan bahwa hubungan ini adalah sesuatu yang spesial dan tidak boleh diketahui oleh orang lain. Ketika anak mulai menyembunyikan sesuatu dari keluarga atau teman dekat, ini bisa menjadi alarm bahaya. Rahasia ini bisa berupa pesan pribadi, pertemuan diam-diam, atau bahkan percakapan yang mengarah pada hal-hal yang tidak pantas.

5. Perlahan mengaburkanbBatasan fisik dan emosional

Grooming biasanya tidak langsung dimulai dengan tindakan mencurigakan, tetapi berkembang secara bertahap. Awalnya, pelaku mungkin melakukan kontak fisik yang tampaknya tidak berbahaya, seperti pelukan, menyentuh bahu, atau menggenggam tangan. Seiring waktu, batasan ini semakin dikaburkan, dan anak menjadi lebih terbiasa dengan sentuhan fisik yang tidak pantas.  Jika anak tidak menyadari adanya pelanggaran batas sejak awal, mereka mungkin merasa sulit untuk menolak saat situasi berkembang ke arah yang lebih buruk.

6. Menggunakan Manipulasi Emosional

Pelaku grooming sering kali menggunakan strategi manipulasi emosional agar anak tetap berada di bawah kendalinya. Mereka mungkin mengatakan bahwa mereka akan merasa sedih, marah, atau kecewa jika anak menjauh atau tidak menurut. Bahkan, dalam beberapa kasus, pelaku bisa mengancam bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi jika anak menceritakan hubungan mereka kepada orang lain. Ancaman ini bisa berupa rasa bersalah yang ditanamkan, seperti kalimat "Aku hanya ingin membantumu, kenapa kamu tidak percaya?” atau ancaman langsung, seperti "Kalau kamu cerita ke orang lain, nanti aku bisa kena masalah, lho!".

7. Melakukan pendekatan lewat sosial media

Banyak kasus grooming terjadi di dunia maya, di mana pelaku memanfaatkan media sosial atau game online untuk mendekati anak secara perlahan. Di era digital, banyak kasus grooming terjadi di dunia maya. Pelaku bisa mendekati anak melalui media sosial, forum online, atau game daring. Pendekatan ini sering kali dimulai dengan obrolan ringan sebelum berkembang ke arah yang lebih pribadi. Anak yang tidak waspada bisa dengan mudah terperangkap dalam manipulasi ini, terutama jika mereka merasa mendapatkan perhatian dan validasi yang kurang dari lingkungan sekitarnya.

Tanda-tanda di atas tentunya penting untuk diperhatikan sejak dini oleh orangtua. Agar tetap dalam pengawasan, orangtua sebaiknya memiliki aturan dan menjalin kedekatan yang bisa mencegah perilaku grooming pada anak.