Dokter Spesialis Urologi Bondowoso Jelaskan Tentang Donor Ginjal
- Deni Ahmad Wijaya for VIVA Banyuwangi
Bondowoso, VIVA Banyuwangi – Calon Legislatif (Caleg) Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Bernama Erfin Dewi Sudanto, warga Desa Bataan, Kecamatan Tenggarang, Kabupaten Bondowoso ramai diperbincangkan karena bersedia menjual ginjalnya untuk modal biaya kampanye.
Lantas, sebenarnya bagaimana pandangan medis tentang donor ginjal dan dampaknya bagi kesehatan?
Dokter spesialis urologi Bondowoso, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Dokter Heri Budiono, Sp.U menjelaskan secara medis tentang ginjal, donor, transplantasi hingga peraturan perundangan yang mengatur hal tersebut.
"Secara medis, manusia memang bisa hidup hanya dengan satu ginjal," ungkap dr. Heri kepada Banyuwangi.viva.co.id, Rabu 17 Januari 2024.
Namun, dr. Heri mengimbau kepada mereka yang telah mendonorkan satu ginjalnya, untuk sangat berhati-hati menjalani hidup.
"Harus benar-benar sangat menjaga gaya hidup supaya satu-satunya ginjal tersisa itu bisa tetap dalam kondisi sehat," imbau dr. Heri.
Dr. Heri mnambahkan, orang yang hanya punya satu ginjal, harus memastikan tidak terjadi benturan di area vital yang membuat ginjal terakhirnya rusak.
"Tapi pada prinsipnya lebih baik memiliki dua ginjal utuh dibandingkan hanya punya satu ginjal saja," imbuh Direktur Utama Rumah Sakit (Dirut RS) Bhayangkara Bondowoso.
Mengenai donor ginjal untuk kebutuhan transplantasi, dr. Heri memaparkan bila diatur di undang-undang nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
“Di Pasal 1 angka 1 Undang-undang (UU) Kesehatan dinyatakan bahwa transplantasi adalah pemindahan organ dan jaringan dari pendonor ke resipien guna penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan resipien. Jadi donor ginjal boleh tapi juga tidak sembarangan. Sebab jika tidak cocok, maka akan rejected (tertolak)," jelas dr. Heri.
Untuk meminimalisir penolakan, biasanya donor ginjal diambil dari anggota keluarga yang masih punya hubungan darah, supaya potensi rejected-nya lebih rendah.
"Semakin jauh hubungan keluarga pendonor dengan resipien, maka potensi rejected semakin tinggi," ulas dr. Heri.
Selain itu, kondisi ginjal calon pendonor juga dipastikan harus sehat sehingga layak sebagai pendonor.
"Harus melalui tahapan screening terlebih dahulu. Misalnya dicek ternyata ginjalnya tidak sehat, gak mungkin lolos sebagai pendonor ginjal," pungkas dr. Heri.