Korban Masih Dikarantina di RSJ Lawang, Penyelidikan Kasus Bullying di SMAN 4 Pasuruan Terhambat
- Reconstantine Jeneva Carravello/ VIVA Banyuwangi
Pasuruan, VIVA Banyuwangi –Penyelidikan kasus bullying yang melibatkan siswa SMAN 4 Kota Pasuruan, Jawa Timur, hingga kini masih menemui kendala serius.
Meskipun pihak kepolisian telah memeriksa beberapa siswa yang diduga terlibat, proses pengungkapan kasus ini terkendala karena korban utama, N.S., belum dapat dimintai keterangan.
Korban saat ini masih menjalani karantina di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lawang, Malang, akibat depresi berat yang dialaminya.
Saksi Diperiksa Polisi
Hingga saat ini, delapan siswa SMAN 4 Pasuruan telah dipanggil ke Mapolresta Pasuruan untuk dimintai keterangan terkait dugaan keterlibatan mereka dalam kasus perundungan ini.
Proses pemeriksaan tersebut berlangsung di Ruang Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Pasuruan, Kamis 29 Agustus 2024. Langkah ini diambil oleh pihak kepolisian untuk mengumpulkan bukti dan informasi yang dibutuhkan dalam penyelidikan.
"Kami masih terus menggali informasi dari para saksi yang ada. Namun, keterbatasan kami saat ini adalah belum bisa memeriksa korban utama karena ia masih dalam karantina," ujar Iptu Choirul Mustofa, Kasat Reskrim Polres Pasuruan Kota.
Sahabat Korban Diperiksa
Kondisi korban yang masih tidak stabil menjadi penghalang utama dalam memperoleh kesaksian kunci yang bisa membuka tabir kasus ini.
Sebelumnya, pada hari Rabu, tim penyidik dari Unit Perlindungan Anak juga telah memeriksa empat saksi lainnya, termasuk dua siswa yang merupakan sahabat dekat korban, serta dua guru dari SMAN 4 yang terdiri dari guru Bimbingan Konseling (BK) dan wali kelas korban.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang insiden yang terjadi.
Di sisi lain, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur di Pasuruan, Erwandi Cahyono, menyatakan bahwa pihaknya akan menyerahkan penanganan kasus ini sepenuhnya kepada pihak kepolisian.
Peran Guru Dibutuhkan
"Kami sangat prihatin dengan kejadian ini dan merasa kecolongan. Kami akan terus memantau seluruh sekolah agar kasus serupa tidak terjadi lagi," ujarnya saat dimintai keterangan.
Sebagai langkah preventif, Dinas Pendidikan Jawa Timur juga telah menghimbau kepada seluruh sekolah SMA, SMK, dan setingkatnya untuk lebih memperkuat tim pencegahan bullying.
"Peran guru dan tim pencegahan di sekolah harus lebih ditingkatkan agar kasus seperti ini tidak terulang," tambah Erwandi.
Kasus perundungan yang dialami oleh N.S. ini diduga mencapai puncaknya saat perayaan HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus lalu.
Insiden tersebut dikabarkan telah membuat N.S. mengalami tekanan mental yang sangat berat, hingga akhirnya ia harus menjalani perawatan intensif di RSJ Lawang.