Tepuk Tepung Tawar, Prosesi Adat Pernikahan Yang Tidak Tergerus Zaman di Masyarakat Kepulauan Riau
- goodnewsfromindonesia foto : riau berbagi
Tradisi, VIVA Banyuwangi –Tepuk tepung tawar adalah tradisi yang menjadi symbol ritual budaya. Masyarakat Kepulauan Riau menyebutnya sebagai adat yang teradatkan.
Bagi Masyarakat Kepulauan Riau, Tepung Tawar memberikan berkah supaya jalan yang ditempuh mendapat tuah dan dunia akhirat diridhoi oleh Allah.
Tepuk tepung tawar sendiri dilakukan dalam prosesi adat pernikahan dan waktunya setelah akad nikah selesai, dan yang melakukan prosesi tersebut adalah perwakilan dari dua keluarga pengantin.
Jumlah yang menepuk harus dalam bilangan ganjil, biasanya dalam proses pernikahan ada Tujuh orang yang melakukan dan orang tersebut seringnya adalah yang dituakan dalam keluarga besar.
Tepuk tepung tawar sendiri memiliki makna yang mendalam, karena merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan bertujuan meningkatkan ketakwaan pada Sang Pencipta.
Bahkan bahan bahan yang dipakai masing masing mengandung artinya. Adapun bahan bahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bahan penepuk/perenjis. Terdiri atas empat jenis daun yang merujuk pada konsep empat arah mata angin dalam Masyarakat melayu dan juga empat malaikat utama dalam ajaran Islam, yaitu Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail
2. Bahan tabur, terdiri beras tabur dan bunga rampai
3. Bahan renjis, yaitu bedak limau yang memiliki makna menyucikan hati dan membersihkan jiwa yang diharapkan dalam pernikahan menjadi pernikahan yang tenang dan saling menjaga hati.
4. Air percung yaitu terdiri dari air mawar dan limau merupakan tanda keikhlasan, Ikhlas dalam bergaul, berkomunikasi, saling memberi dan tolong menolong
Dalam pelaksanaan tepuk tepung tawar ini biasanya dipandu oleh pembawa acara yang memang memahami adat melayu, dan para penepuk didampingi oleh MUA Pengantin yang biasanya juga orang yang langsung menyiapkan prosesi tepuk tepung tawar ini.
Langkah yang dilakukan pertama tama penepuk tepung tawar mengambil ikatan daun perenjis dan mencelupkannya pada air renjis yang berisi bedak dingin lalu dipercikkan kepada telapak tangan kedua pengantin, disebut dengan istilah merenjis.
Selanjutnya kegiatan menjumput, mengambil beras tabur dan bunga rampai sebanyak dua jari untuk kemudian menaburkannya pelan pelan dipundak pengantin dan telapak tangan pengantin.
Kegiatan terakhir disebut memercikkan, yaitu memercikkan air percung di sekitar Pundak dan telapak tangan pengantin.
Kegiatan tepuk tepung tawar ini dilakukan secara bergantian oleh 7 penepuk yang telah ditetapkan keluarga pengantin.
Saat prosesi dilakukan diiringi oleh marhaban yang biasanya dipercayakan kepada ibu ibu majelis taklim setempat dengan membawakan lagu lagu Islami dan sholawat kepada Nabi.
Setelah selesai, ditutup dengan doa, dan hadirin yang menghadiri bisa menikmati hidangan yang telah disediakan.
Prosesi Tepuk Tepung Tawar ini sampai saat ini masih dipegang teguh oleh Masyarakat Melayu Kepulauan Riau, meskipun ditengah gempuran prosesi pengantin yang mengikuti budaya barat misalnya adanya bridesmaid, groomsmen, tarian dari bridesmaid dan lain lain.
Sebagai generasi penerus bangsa, perlu adanya mengikuti tradisi dan budaya yang sudah ada, apalagi tradisi tersebut telah berlangsung lama dan memiliki makna yang mendoakan terbaik bagi pengikut tradisi. Indonesia kaya akan budaya, sudah selayaknya kita jaga.