Jenang Ketan, Tradisi Lebaran Suku Osing yang Sarat Makna
- https://cookpad.com/id/cari/jenang%20ketan%20wijen
Kuliner, VIVA Banyuwangi –Lebaran di Banyuwangi tak hanya identik dengan ketupat dan opor ayam, tetapi juga dengan sajian khas jenang ketan yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat Suku Osing. Hidangan berbahan dasar beras ketan, santan, dan gula merah ini bukan sekadar makanan, melainkan simbol permohonan maaf, doa, dan harapan.
Menurut Usik, seorang tokoh adat Osing dari Desa Glagah, tradisi menyajikan jenang ketan dalam perayaan Lebaran sudah dilakukan turun-temurun. “Jenang ketan bukan hanya sekadar hidangan, tetapi memiliki filosofi yang erat dengan kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Osing. Kami percaya bahwa menyajikan jenang adalah bentuk ungkapan syukur dan doa agar kehidupan semakin manis dan penuh berkah,” ujarnya.
Selain itu, jenang ketan juga menjadi bagian dari ritual Sedekah Penampan, di mana warga berkumpul di depan rumah masing-masing untuk makan bersama. Tradisi ini menggambarkan nilai kebersamaan dan rasa syukur kepada leluhur atas limpahan rezeki yang telah diberikan.
Dalam pandangan masyarakat Osing, jenang ketan juga melambangkan kesatuan dan kerja sama. Proses pembuatannya yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran menjadi pengingat bahwa dalam hidup, setiap unsur harus menyatu agar menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Bagi masyarakat Banyuwangi, menjaga tradisi ini bukan hanya soal mempertahankan budaya, tetapi juga sebagai cara untuk menghormati warisan leluhur. Maka tak heran, setiap Lebaran tiba, aroma harum jenang ketan selalu menjadi pertanda hangatnya kebersamaan di tengah perayaan suci.