Kuah Beulangong: Warisan Kuliner Aceh yang Tak Lekang oleh Waktu
- pariwisata indonesia
Banyuwangi –Aceh dikenal dengan beragam kuliner khas yang memadukan bumbu rempah melimpah dan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Kuliner tradisional yang paling ikonik adalah kuah beulangong. Hidangan ini bukan sekadar makanan, tetapi sebuah simbol kebersamaan dan kekayaan budaya masyarakat Aceh.
Dimasak dalam wajan besar (beulangong), kuah beulangong menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai acara adat, mulai dari kenduri hingga perayaan hari besar Islam.
Sejarah dan Eksistensi Kuah Beulangong
Kuah beulangong telah ada sejak zaman kesultanan Aceh, di mana hidangan ini pertama kali muncul sebagai bagian dari tradisi masyarakat pesisir.
Menurut sejumlah ahli sejarah kuliner, kuah beulangong berasal dari tradisi memasak bersama dalam jumlah besar untuk kebutuhan komunitas atau tamu yang hadir pada perayaan khusus.
“Tradisi memasak kuah beulangong tetap hidup sampai sekarang sebagai simbol solidaritas dan kebersamaan,” jelas Jamaluddin, seorang budayawan Aceh.
Seiring berjalannya waktu, kuah beulangong tetap bertahan meski dunia kuliner terus berubah.
Kuliner ini masih banyak disajikan di berbagai acara, terutama saat hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
Meskipun restoran modern mulai bermunculan di Aceh, kuah beulangong tidak kehilangan eksistensinya, baik di kalangan masyarakat lokal maupun wisatawan yang ingin mencicipi cita rasa tradisional Aceh.
Bahan-bahan dan Persiapan
Untuk membuat kuah beulangong, diperlukan bahan-bahan utama yang berasal dari alam Aceh yang kaya akan rempah.
Bahan utama yang digunakan biasanya adalah daging sapi atau kambing. Namun, beberapa daerah di Aceh juga menggunakan daging ikan sebagai variasi.
Bumbu rempah yang menjadi kunci cita rasa kuah beulangong antara lain:
- Cabe merah: Sebagai pemberi rasa pedas dan warna merah yang menggugah selera.
- Bawang merah dan putih: Berfungsi untuk menambah rasa gurih dan aroma harum.
- Kunyit: Memberikan warna kuning alami sekaligus menambah cita rasa khas.
- Jahe: Menambah aroma segar dan khasiat kesehatan.
- Serai dan daun jeruk: Menambah aroma segar dan khas.
- Asam sunti: Rempah khas Aceh yang berasal dari belimbing wuluh kering, memberikan rasa asam unik.
Selain itu, rempah-rempah seperti ketumbar, jintan, kayu manis, dan kapulaga turut memperkaya rasa kuah beulangong.
Pemilihan bumbu dan bahan ini sangat menentukan cita rasa akhir dari hidangan ini.
“Rempah-rempah yang digunakan bukan hanya sekadar bumbu, tetapi juga mencerminkan kekayaan alam Aceh,” ungkap Faisal, seorang koki tradisional.
Cara Memasak Kuah Beulangong
Proses memasak kuah beulangong biasanya dilakukan oleh para lelaki dewasa, sesuai tradisi masyarakat Aceh.
Proses memasak bisa memakan waktu hingga beberapa jam, tergantung dari jumlah bahan yang dimasak.
Berikut adalah langkah-langkah utama dalam pembuatan kuah beulangong:
1. Menyiapkan daging: Daging sapi atau kambing dipotong besar-besar untuk menjaga tekstur selama proses memasak.
Daging ikan jika digunakan, juga dipotong-potong dalam ukuran yang cukup besar.
2. Menyiapkan bumbu: Semua bumbu rempah dihaluskan secara manual menggunakan lesung batu, yang menurut tradisi dipercaya dapat mempertahankan rasa alami bumbu.
3. Memanaskan minyak: Bumbu halus kemudian ditumis dalam minyak panas hingga harum.
Setelah itu, serai dan daun jeruk dimasukkan untuk menambah aroma segar.
4. Memasukkan daging dan air: Daging dimasukkan ke dalam bumbu yang telah ditumis dan diaduk hingga merata.
Setelah itu, air dalam jumlah besar dituangkan untuk membuat kuah. Daging dimasak hingga empuk dan bumbu meresap sempurna.
5. Menambahkan asam sunti dan garam: Asam sunti dimasukkan menjelang akhir proses memasak untuk memberikan rasa asam khas, diikuti dengan garam secukupnya.
Proses ini dilakukan dengan hati-hati, dan para juru masak harus mengaduk kuah beulangong secara berkala agar bumbu meresap ke dalam daging dengan sempurna.
Kuah beulangong biasanya dimasak dalam jumlah besar dan disajikan dalam wadah besar untuk dinikmati bersama-sama.
Kuah Beulangong di Era Modern
Walaupun hidangan ini sudah ada sejak zaman dulu, eksistensi kuah beulangong tetap terjaga di era modern.
Bukan hanya disajikan dalam acara adat, kuah beulangong kini bisa ditemui di restoran-restoran tradisional di Aceh.
Banyak wisatawan yang datang ke Aceh khusus untuk mencoba kuah beulangong, yang dinilai sebagai simbol warisan kuliner yang tetap lestari.
Dalam festival kuliner Aceh, kuah beulangong selalu menjadi salah satu daya tarik utama.
Meski demikian, untuk menjaga keaslian rasa, proses memasak kuah beulangong masih dipertahankan dengan cara tradisional.
Penggunaan beulangong (kuali besar) dan teknik memasak secara kolektif menjadi salah satu keunikan yang sulit ditemukan di tempat lain.
“Kuah beulangong adalah cerminan dari kekuatan tradisi yang bertahan di tengah arus modernisasi,” ujar Ahmad, seorang pelaku kuliner di Banda Aceh.
Kuah beulangong bukan sekadar hidangan, melainkan representasi dari budaya dan sejarah masyarakat Aceh yang kaya akan tradisi.
Dengan bahan-bahan lokal yang kaya akan rempah, serta proses memasak yang melibatkan komunitas, kuah beulangong menjadi bukti bahwa kuliner tradisional mampu bertahan di tengah perkembangan zaman.
Eksistensinya hingga kini menunjukkan bahwa masyarakat Aceh tetap bangga dengan warisan kuliner mereka, dan siap melestarikan tradisi ini untuk generasi berikutnya.
Sebagai kuliner tradisional yang unik, kuah beulangong akan selalu menjadi bagian dari identitas Aceh, yang terus diwariskan dan dinikmati oleh masyarakat dari berbagai kalangan.