Stenli Gilbert, Sang Penggerak Pendidikan di Pedalaman Sigi

Sigi, VIVA Banyuwangi – Stenli Gilbert, seorang pemuda inspiratif asal Dusun IV, Desa Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, menjawab tantangan pendidikan di daerahnya dengan mendirikan Sekolah Alam Dongi-Dongi pada tahun 2015.

"Dimana di tempat ini tidak adanya fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, sehingga menimbulkan beberapa masalah diantaranya banyak anak- anak putus sekolah, tidak bersekolah, stunting, pernikahan dini marak terjadi serta kerusakan lingkungan," ungkap Stenli.

Melihat kondisi tersebut, Stenli tergerak untuk membuat perubahan setelah ia lulus perguruan tinggi. Ia memilih untuk mendirikan sekolah alam karena percaya bahwa pendidikan dapat merubah pola pikir masyarakat dan membuka peluang masa depan yang lebih baik.

"Karena bagi saya dengan pendidikan dapat merubah pola pikir masyarakat," kata Stenli.

Sekolah Alam Dongi-Dongi menggunakan alam sebagai sumber belajar utama. Metode pembelajaran yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak-anak di pedalaman.

"Alam menyediakan sumber belajar yang tidak terbatas dan dapat merangsang kreativitas anak-anak," jelas Stenli.

Dampak dari Sekolah Alam Dongi-Dongi sangat positif. Angka partisipasi sekolah meningkat, pernikahan dini berkurang, dan angka stunting menurun. Masyarakat pun semakin memahami pentingnya pendidikan.

"Di tempat ini terbukti sejak adanya Sekolah Alam Dongi-Dongi angka pendidikan meningkat, pernikahan di usia dini tidak ada lagi, angka stunting berkurang," imbuhnya.

Ke depannya, Sekolah Alam Dongi-Dongi akan terus berinovasi dan melakukan perbaikan dalam menyediakan pendidikan yang berkualitas. Stenli juga berharap dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung program pendidikan di Sekolah Alam Dongi-Dongi.

Berkat dedikasi dan inovasi dalam memajukan pendidikan di pedalaman Sigi, Stenli Gilbert dan Sekolah Alam Dongi-Dongi mendapatkan apresiasi dari Astra melalui program Satu Indonesia Awards pada tahun 2017.